Minggu, 08 Desember 2013

Tradisi Adat Suku Dayak ransa

TRADISI ADAT DAYAK RANSA
Tradisi adat dayak ransa
Di dalam kehidupan bermayarakat terutama wilayah yang letak geografisnya jauh dari perkotaan pada umumnya daerah tersebut di huni oleh penduduk pedesaan pedalaman yang hidupnya masih bergantung pada mata penceharian seperti bertani, beternak, serta berburu  dengan peralatan seadanya saja yang boleh di katakana masih sangat sederhana dan tradisional.
Masyarakat yang hidupnya cenderung membentuk kelompok ini, interaksi socialnya terhadap kepedulian sesama masih sangat tinggi dengan sifatnya saling gotong-royong antar sesama masyarakat yang ada dalam ruang lingkup tersebut. Maka tidak jarang di temukan masyarakat yang hidupnya saling ketergantungan antara satu dengan lainnya, maka tidak heran ketika hal ini akan mudah bagi mereka untuk membentuk suatu suku atau ras yang seolah-olah itu menjadikan identitas atau kebanggaan tersendiri bagi mereka. Jadi dari kehidupan social, integrasi yang tinggi, gotong-royong, kekeluargaan atau kekerabatan dengan relasinya sangat peka terhadap keberlangsungan hidup maka berangkat dari hal semacam inilah timbulnya suatu budaya atau tradisi dengan menyebabkan perbedaan kultur pada suku atau pun ras yang ada di masyarakat pedalaman.
Masyarakat suku dayak ransa memiliki beragam budaya atau kebiasaan-kebiasan adat istiadat yang sering di lakukan dalam masyarakat itu sendiri yaitu berupa adat pehuma di mana dari berbagai macam jenis adat itu upacaranya di rayakan atau di ritualkan dalam satu tahun sekali saja, karena adat tersebut merupakan suatu komponen dari proses keberlangsungan hidup mereka sebagai masyarakat yang mendapatkannya rezeki atau pun dalam melangsungkan kebutuhan hidup mereka bersumber dari tumbuhan seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan juga hasil panen padi semua itu dari penghasilan bertani dengan cara yang masih sederhana dan tradisional. Masyarakat suku ransa ini hidup bertani dengan cara berladang liar, yaitu berladang dengan cara berpindah-pindah di setiap tahunnya.
Berangkat dari situlah muncul suatu adat yang di sebut dengan adat pehuma adat pehuma ini bermacam-macam dan banyak jenisnya, mulai dari montam, nobas, nobak, mantuh, nunguk ampar robak, nunu, nujah, mangaou, ngemabaou, dan terakhir adalah mehanyi. Jadi peroses behuma ladang liar sangat banyak sekali yang di lakukan selama satu tahun atau dua belas bulan bagi suku dayak ransa. Adapun adat/tadaisi pehuma yang sering di lakukan oleh masyarakat setempat setiap tahun yang pertama;
a.       Adat masu'k
Adat masuk adalah adat yang di ritualkan setelah selesai musim ngemabaou atau bertepatan pada saat padi nganuk laki atau nganuk bini, yang di maksud dengan ngemabaou ialah mencabut rumput yang tumbuh di sekitar tumbuhan padi yang di anggap menggaggu proses perkembangan pertumbuhan padi, dengan di bersihkan atau di buang rumput tersebut maka pertumbuhan padi akan berkambang dengan baik dan tumbuh dengan subur. Sedangkan padi nganuk laki atau nganuk bini merupakan padi itu sedang hamil, maka dari itu padi tersebut harus di sengkolat atau di selamatkan menurut adat setempat agar padi tersebut berbuah dengan bagus dan menghasilkan panen padi tersebut dengan melimpah ruah. Ketika ritual upacara masuk di laksanakan, masyarakat setempat dengan kompak meramaikan acara tersebut seperti acara pesta pada umumnya yang di lakukan oleh masyarakat adat itu sendiri. Inti dari upacara masuk itu sendiri yaitu mopan atau memotong daun padi yang sudah di ambil dari ladang, sambil memotong daun padi tersebut para masyarakat setempat di harapkan berkumpul untuk menyaksikan pemotonganga daun padi itu. Tidak sembarang atau semua orang yang bisa mopan daun padi tersebut, karena selama pemotongan daun padi berlangsung juga sambil di iringi dengan kehana yaitu menceritakan kisah tentang asal usul terjadi adanya padi itu sendiri dan kehana tersebut di kisahkan oleh para tetua adat setempat. Setelah daun padi itu di popan kemudian di campur dengan air dan di masukan kedalam seruas atau sepotong batang/pohon bambu lalu di antar kan keladang, setiap kepala keluarga yang mempunyai ladang di wajibkan mengambil air yang sudah di di ritualkan itu dan sudah di campurkan dengan daun padi untuk di bawa keladangnya masing-masing. Tujuan upacara adat masuk adalah untuk memberkati padi yang telah di tanam dan membuang segala penyakit yang mengganggu tanaman padi itu agar terlindung dari hal-hal yang sifatnya negatif bagi perkembangan pertumbuhan padi itu sendiri juga terhindar dari hama-hama dan lain sebagainya.

b.       Pegowai / Gawai Adat
Pegowai adalah pesta adat dayak di mana upacara adat tersebut di rayakan hanya dalam satu tahun sekali, pesta tersebut di laksanakan setelah musim panen usai. Pegowai tidak hanya untuk di lakukan karena kesenagan semata, tetapi bagi suku dayak ransa pegowai merupakan ungkapan selamatan atau syukuran atas rahmatnya yang telah memberikan rezeki kepada mereka, selama satu tahun penuh mereka bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Maka dengan di adakan upacara semacam itu akan menumbuhkan rasa social, solidaritas dan kepedulian terhadap sesama juga akan mempererat tali persaudaraan, serta memperkuat persatuan dan kesatuan, dalam membangun relasi antar sesama supaya terjalin kerjasama yang baik di dalam masyarakat itu sendiri. Tujuan pegowai bukan hanya untuk makan dan minum saja, namun di sisi lain pula merupakan suatu wadah untuk bersilaturahmi dan mempertemukan saudara dan sanak keluarga yang sebelumnya jarak cukup jauh dan jarang brtemu tetapi suatu ketika ada upacara pegowai, itulah saat yang tepat bagi mereka untuk bersilaturahmi dengan kerabatnya masing-masing.
Penulis Antonius



#Artikel terkait



Dusun: pondok bayan





  



Cahai kumparak adalah: air terjun di sungai mehola



3 komentar:

  1. salam kenal bro. teruskan karyamu untuk mengenalkan budaya kita ke masyarakat malang. salam kenal aku tuk rico dari menukung kalbar.

    BalasHapus
  2. ok.. makasih udah mampir salam kenal balik

    BalasHapus
  3. mampir juga di blog http://antonius92.blogspot.com/

    BalasHapus